Sitoplasma Bakteri

Posted by

SITOPLASMA BAKTERI


Sitoplasma bukan merupakan sebuah subtansi yang homogen dan terdiri dar bermacam-macam zat dan struktur yang terdiri dari beraneka ragam mikrosom atau partikel seluler. Sebagian besar dari partikel seluler tersebut adalah protein atau nukleoprotein denan beberapa lipoprotein dan bahan-bahan lainnya. Semua partikel ini akan tersupsensi dalam zat dasar yang cair atau setengah padat yang disebut matriks. Matriks ini adalah campuran yang kompleks yang mengandung senyawa yang mengandung bermacam-macam ion, asam-asam amino, beberapa jenis protein, lipokompleks, peptida, purin, pirimidin, glukosa, ribosa, vitamin, nukleotida, ko-enzim, disakarida dan lainnya.

Secara fungsional zat-zat ini merupakan  molekul-molekul dan bahan-bahan bangunan lainnya yang akan digunakan dalam sintesi sel. Selain itu molekul tersebuj juga merupakan sumber energi (misalnya glukosa dan bahan-bahan lain yang dapat dioksidasi). Zat-zat buangan dari sel untuk diekskresikan ke luar sel. Matriks ini juga mengandung RNA dan enzim-enzim yang lengkap dan aktif dalam larutannya. Pada matriks ini juga terdapat bahan makanan berupa granula atau globuli sebagai cadangan yang komposisinya tergantung pada kondisi makanan sekitarnya.

Gambar 1. Struktur Bakteri


Terdapat 3 hal penting dalam sitoplasma bakteri yaitu Ribosom,  Nukleus, dan Spora. Ketiga bagian ini memiliki fungsi dan peranan yang penting dalam sitoplasma bakteri, Berikut penjelasan lebih rincinya :

1. Ribosom
Semua sitoplasma sel tampak seperti bergranula. Hal ini disebabkan karena adanya sejumlah besar partikel-partikel halus yang tersebar secara baur. Partikel-partikel ini dinamakan ribosom. ribosom ini berbeda ukuran dan kepadatannya yang disesuaikan dengan tempat asalnya. Setiap ribosom terdiri dari subunit kecil (30 S)  dan subunit lebih besar ( 50 S). Ribosom cenderung membentuk kelompok-kelompok dari bermacam-macam ukuran yang disebut poliribosom atau poliosom. Ribosom sebagian besar terdiri dari rRNA (ribosom RNA) dengan sedikit protein  (ribonukleoprotein).  Sebagian dari RNA ribosom itu adalah mRNA (messenger RNA). Dengan demikian, ribosom itu akan bertanggung jawab terhadap sintesi protein dari semua enzim.

2. Nukleus
Sel-sel prokariotik tidak mempunyai nukleus seperti pada eukariotik dengan membran nukleus yang jelas, yang ada adalah suatu daerah nukleus yang disebut nukleotid yang tidak dilindungi oleh membran dan tidak mengadakan mitosis dan meiosis. Sturukturnya merupakan suau masa amorf yang lobuler terdiri dari banyak materi kromatin yang fibriler. Fiberin-fiberi yang tampak pada nukleotid bakteri dalam bentuk mikroskop elektron merupakan filamen DNA yang panjang (kira-kira 1400 nm) dan tipis (kira-kira 3 nm), flesksibel dan sirkuler. Susunan dalam sel dapat digambarkan dengan dua buah helaian benang halus sepanjang enam sampai sepuluh kaki. Kedua benang tersebut dililitkan bersama dan digulung. Ujung kedua benang tersebut diikat bersama dan keseluruhannya dikumpulkan dalam genggaman,  sehingga akan membentuk sebuah berkas kuat yang memiliki bentuk tidak teratur namun memiliki itakan yang kuat. Kadang-kandang tampak dengan replikasinya pada saat aktif membelah. Filamen sirkuler DNA semacam inilah yang dikenal dengan istilah kromosom bakteri. Pada bakteri, DNA ekstrakromosom yang terbentuk seperti cincin-cincin keci dapat mengadakan replika secara autonom. Replika ini tidak senada dengan replika kromosom. dan dapat juga bertindak sebagai deteminasi genetik sehingga disebut episom atau plasmid.

3. Spora
Spora pada bakteri adalah endospora. Endospora tersebut merupakan suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk sel dan merupakan suatu stadium istirahat dalam sel tersebut. Endospora ini memiliki kelebihan yatu dapat bertahan hidup bertahun-tahun tanpa memerlukan sumber makanan dari luar karena metabolismenya sangat rendah. Bila kondisi lingkungan sesuai, spora tersebut akan mengadakan germinasi dan menjadi sel vegetatif yang sanggup tumbuh dan bermultiplikasi seperti dalam kondisi normal. Pembentukan spora  dapat dianggap sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus hidup dalam keadaan tertentu. Hal ini tentunya berbeda dengan proses pembelahan sel karena tidak melibatkan terjadinya proses replikasi kromosom.  Kemampuan menghasilkan spora akan memberikan keuntungan ekologis pada bakteri karena dapat memberikan peluan untuk melakukan perkembangbiakan terhadap keadaan yang buruk. 

Pembentukan spora didahului oelh suatu invaginasi dari membran sitoplasma yaitu induk sel (sporangium), sehingga akan terbentuk suatu sel yang bermembran rangkap. Selama maturasi terbentuk dinding -dindng tambahan di sekitarnya dan akan pecah.  Spora yang telah matang dari sporangium akan dilepas. Lapisan yang menyebabkan spora dapat bertahan pada kondisi yang panas adalah korteks. Korteks tersebut mengandung garam kalsium dari asam dipikolinat dalam konsentrasi yang tinggi.

Sumber :
Menguak Dunia Mikrobiologi, 2013.


Demo Blog NJW V2 Updated at: 19.43

0 komentar:

Posting Komentar